Senin, 05 April 2010

Seni "corat-coret" yang Tidak Lagi Merusak Lingkungan

Oleh Desti Pratiwi
210110080044

Graffiti biasa dikenal sebagai sebuah seni "corat-coret." Bagi sebagian orang graffiti tidak mengandung nilai seni, tetapi malah merusak lingkungan. Tetapi tentu saja tidak bagi pecinta graffiti. Dinding atau kolong jembatan biasa menjadi sarana untuk membuatnya.
Namun, saat ini graffiti tidak lagi menajadi sekedar seni "corat-coret" yang merusak lingkungan, melainkan menjadi sebuah hal yang menyenangkan. Saat ini ada sebuah alat yang bisa digunakan untuk membuat graffiti. Alat tersebut bernama Digital Graffiti Wall. Sebuah alat yang dengan layar besar dan dilengkapi dengan "kaleng spray" yang bisa langsung membubuhkan gambar atau warna pada dinding. Kaleng spray tersebut sebenarnya merupakan sinar infra merah. Saat kaleng spray tersebut digerakkan, maka layar akan merespon, penggunanya bisa menggambar seperti membuat graffiti sungguhan.
Software dari alat ini menawarkan program yang menarik. Untuk palet warnanya ada sebanyak 56 warna, dan warna tersebut bisa digabungkan menajdi warna-warna yang diinginkan. Dengan adanya alat ini, kita tidak lagi memerlukan masker atau sarung tangan untuk melindungi diri kita dari bau menyengat dan cipratan dari spray. Alat ini ramah lingkungan, selain itu alat ini bisa digunakan oleh siapa saja walaupun tidak memiliki skill dalam menjalankan komputer. Selain itu alat ini dilengkapi juga dengan animasi yang sederhana, misalnya Anda langsung bisa menggambar bintang hanya dengan "menyemprotkan" kaleng spray ke layar, tanpa harus membentuk pola bintang.



tidak lupa, gambar yang dihasilkan dari alat ini juga bisa disimpan dan di jadikan hard copy.

Dampak
Perubahan komunikasi setelah adanya teknologi komunikasi memang akan muncul. Menurut Rogers ada tiga perubahan, yaitu interactivity, demmasified, dan Asynchronous. Kalau mengacu pada pendapat Rogers, alat ini memang menimbulkan interaksi, dai orang ke orang, orang ke mesin, serta interaksi dari mesin ke mesin.
Kemudian, graffiti pada awalnya merupakan gambar yang bisa dibuat sendiri, namun tidak ada kontrol terhadap penggunaan dari graffiti itu sendiri.
Terakhir, graffiti yang dibuat tidak langsung harus dilihat atau diamati oleh orang lain setelah graffiti itu dibuat, tergantung masing-masing individu kapan akan melihat gambar ini.
Dampak lainnya adalah dengan adanya alat ini, kita tidak lagi merusak lingkungan dan pemandangan dengan mencorat-coret dinding yang ada. Pembuat graffiti juga tidak harus menggunakan masker lagi untuk melindungi dirinya dari bahan-bahan berbahaya yang terkandung di dalam spray.
Selanjutnya, alat ini mudah digunakan, maka walaupun tidak memiliki kemampuan komputerisasi yang baik, kita tetap bisa menggunakan alat ini.
Alat ini menggunakan teknologi yang cukup canggih, maka bisa diprediksi bahwa harganya cukup mahal. Namun hingga kini masih belum ada informasi lebih lanjut mengenai harga pastinya.

Sumber:
http://www.theedge-uk.com/digital_graffiti_wall.htm
http://news.sky.com/skynews/Home/UK-News/Classrooms-Of-The-Future-Will-Be-Packed-With-Technology-BETT-Exhibition-Showcases-Latest-Gadgets/Article/201001215523092?lid=ARTICLE_15523092_Classrooms_Of_The_Future_Will_Be_Packed_With_Technology:_BETT_Exhibition_Showcases_Latest_Gadgets&lpos=UK_News_Second_Technology_Article_Teaser_Region__8

1 komentar:

  1. keren sih, tapi kayaknya sulit populer. karena selain mahal, biasanya orang yang ngebuat grafiti itu pengen karyanya diliat banyak orang, atau mungkin pengen ngerasain deg - degan takut ketahuannya. jadi beda aja antara digital graffiti dan "real graffiti" :)

    BalasHapus